Senin, 18 November 2013

Konsep Hospitalisasi



                                                               



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Permasalahan pokok yang sering dihadapi dalam dunia kesehatan tidak lain adalah reaksi hospitalisasi serta dampak yang ditimbulkannya.
Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangan kembali ke rumah. Selama proses tersebut, anak dan orang tua dapat mengalami berbagai kejadian yang menurut beberapa penelitian ditunjukkan dengan pengalaman yang sangat traumatik dan penuh stress (Supartini, 2004).
Berbagai perasaan yang sering muncul pada anak, yaitu cemas, marah, sedih, takut, dan rasa bersalah (Wong, 2000).Perasaan tersebut dapat timbul karena menghadapi sesuatu yang baru dan belum pernah dialami sebelumnya, rasa tidak aman dan tidak nyaman, perasaan kehilangan sesuatu yang biasa dialaminya, dan sesuatu yang dirasakannya menyakitkan. Apabila anak stress selama dalam perawatan, orang tua menjadi stres pula, dan stres orang tua akan membuat tingkat stres anak semakin meningkat (Supartini, 2000).
Berdasarkan hasil pengamatan, pasien anak yang dirawat di rumah sakit masih sering mengalami stres hospitalisasiyang berat, khususnya takut terhadap pengobatan, asing dengan lingkungan baru, dan takut terhadap petugas kesehatan. Fakta tersebut merupakan masalah penting yang harus mendapatkan perhatian perawat dalam pengelolah asuhan keperawatan (Nursalam, 2005)

B.     Rumusan Masalah

1.      Apa pengertian hospitalisasi?
2.      Apa saja reaksi saat dilakukannya hospitalisasi?
3.      Apa dampak dari hospitalisasi?
4.      Apa upaya perawat dalam mengatasi dampak hospitalisasi?
5.      Apa manfaat dari hospitalisasi?
6.      Apa saja trend dan isu dalam hospitalisasi?

C.    Tujuan

1.      Untuk mengetahui defenisi hospitalisasi
2.      Untuk mengetahui reaksi dalam hospitalisasi
3.      Untuk mengetahui dampak dari hospitalisasi
4.      Untuk mengetahui cara mengatasi dampak hospitalisasi
5.      Untuk mengetahui manfaat hospitalisasi

D.    Manfaat

1.      Orang tua dapat mengatasi dampak hospitalisasi bagi anak dan dirinya sendiri
2.      Perawat dapat mengetahui cara atau langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasi dampak dari hospitalisasi









BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Hospitalisasi
Menurut Potter & Perry (2005) hospitalisasi adalah  pengalaman yang penuh tekanan, utamanya karena perpisahan dengan lingkungan normal dimana orang lain berarti, seleksi perilaku koping terbatas,  dan perubahan status kesehatan.Hospitalisasi adalah kebutuhan klien untuk dirawat karena adanya perubahan atau gangguan fisik, psikis, sosial dan adaptasi terhadap lingkungan (Parini, 1999).
Proses hospitalisasi dapat menimbulkan trauma atau dukungan , bergantung pada institusi, sikap keluarga dan teman, respon staf, dan jenis penerimaan masuk rumah sakit (Stuart, 2007, hal :102).
Hospitalisasi merupakan proses karena suatu alasan yang terencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di RS, menjalani terapi & perawatan sampai dipulangkan kembali ke rumah. Perasaan yang sering muncul pada anak : cemas, marah, sedih, takut  dan rasa bersalah (Wong, 2000). Bila anak stress maka orang tua juga menjadi stress danakan membuat stress anak semakin meningkat (Supartini, 2000).
Hospitalisasi terjadi apabila dalam masa pertumbuhan dan perkembangan anak mengalami suatu gangguan fisik maupun mentalnya yang memungkinkan anak untuk mendapatkan perawatan di rumah sakit.
Secara sederhana, hospitalisasi merupakan keadaan dimana orang sakit berada pada lingkungan rumah sakit untuk mendapatkan pertolongandalam perawatan atau pengobatan sehingga dapat mengatasi atau meringankan penyakitnya.Tetapi pada umumnya hospitalisasidapat menimbulkan ketegangan dan ketakutan serta dapat menimbulkan gangguan emosi atau tingkah laku yang mempengaruhikesembuhan dan perjalanan penyakit anak selama dirawat di rumah sakit.

B.     Reaksi terhadap Hospitalisasi

Reaksi hospitalisasi bersifat individual dan sangat tergantung pada usia perkembangan anak,pengalaman sebelumnya terhadapsakit,sistem pendukung yang tersedia dan kemampuan koping yang dimilikinya,pada umumnya,reaksi anak terhadap sakit adalahkecemasan karena perpisahan,kehilangan,perlukaan tubuh,dan rasa nyeri.
Hospitalisasi bagi keluarga dan anak dapat dianggap sebagai pengalaman yang mengancam dan stressor.Kedua hal ini dapat menimbulkan krisis bagi anak dan keluarga. Bagi anak, hal ini mungkin terjadi karena beberapa hal seperti :
1.Anak tidak memahami mengapa dirawat / terluka
2.Stress dengan adanya perubahan akan status kesehatan, lingkungan dan kebiasaan sehari-hari
3.Keterbatasan mekanisme koping

Reaksi anak terhadap sakit dan hospitalisasi dipengaruhi :
1.Tingkat perkembangan usia
2.Pengalaman sebelumnya
3.Support sistem dalam keluarga
4.Keterampilan koping
5.Berat ringannya penyakit
 
Stress yang umumnya terjadi berhubungan dengan hospitalisasi:
1.Takut
1)Unfamiliarity
2)Lingkungan rumah sakit yang menakutkan
3)Rutinitas rumah sakit
4)Prosedur yang menyakitkan
5)Takut akan kematian

3.      Isolasi
Isolasi merupakan hal yang menyusahkan bagi semua anak terutama berpengaruh pada anak dibawah usia 12tahun.
Pengunjung, perawat dan dokter yang memakai pakaian khusus ( masker, pakaian isolasi, sarung tangan, penutupkepala ) dan keluarga yang tidak dapat bebas berkunjung akan membuat anak menjadi stress dan takut berada  di rumah sakit.
4.      Privasi yang terhambat
Hal ini biasanya terjadi pada anak remaja.Sikap yang biasanya mucul adalah rasa malu.Contohnya dalam berpakaian.Anak merasa tidak bebas berpakaian.

Reaksi  anakterhadap hospitalisasi :
1.      Masa bayi(0-1 th)
v  Pembentukan rasa percaya diri dan kasih sayang
v  Usia anak > 6 bln terjadi stanger anxiety /cemas
v  Menangis keras
v  Pergerakan tubuh yang banyak
v  Ekspresi wajah yang tak menyenangkan
2.   Masa todler (2-3 th)
v  Sumber utama adalah cemas akibat perpisahan .Disini respon perilaku anak dengan tahapnya.
v  Tahap protes menangis, menjerit, menolak perhatian orang lain
v  Putus asa menangis berkurang,anak tak aktif,kurang menunjukkan minat bermain, sedih, apatis
v  Pengingkaran/ denial
v  Mulai menerima perpisahan
v  Membina hubungan secara dangkal
v  Anak mulai menyukai lingkungannya
3.      Masa prasekolah ( 3 sampai 6 tahun )
v  Menolak makan
v  Sering bertanya
v  Menangis perlahan
v  Tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan
v  Perawatan di rumah sakit :
- Kehilangan kontrol
- Pembatasan aktivitas
v  Sering kali dipersepsikan anak sekolah sebagai hukuman. Sehingga ada perasaan malu, takut, menimbulkan reaksi agresif, marah, berontak, tidak mau bekerja sama dengan perawat.
4.      Masa sekolah 6 sampai 12 tahun
Perawatan di rumah sakit memaksakan meninggalkan lingkungan yang dicintai , keluarga, kelompok sosial sehingga menimbulkan kecemasan. Kehilangan kontrol berdampak pada perubahan peran dalam keluarga, kehilangan kelompok sosial,perasaan takut mati,kelemahan fisik. Reaksi nyeri bisa digambarkan dengan verbal dan non verbal
5.      Masa remaja (12 sampai 18 tahun )
Anak remaja begitu percaya dan terpengaruh kelompok sebayanya.
Pembatasan aktifitas menyebabkan kehilangan kontrol
Reaksi yang muncul :
v  Menolak perawatan / tindakan yang dilakukan
v  Tidak kooperatif dengan petugas
Perasaan sakit akibat perlukaan menimbulkanrespon :
v  bertanya-tanya
v  menarik diri
v  menolak kehadiran orang lain

Reaksi orang tua terhadap hospitalisasi dan perasaan yang muncul dalam hospitalisasi:
v  Berbagai macam perasaan muncul pada orang tua yaitu : takut, rasa bersalah, stress dan cemas (Halsom and Elander, 1997)
v  Rasa takut pada orang tua selama anak di RS terutama pd kondisi sakit anak yang terminal, karena takut kehilangan anak yang dicintainya dan adanya perasaan berduka (Brewis, 1995).
v  Perasaan orang tua tidak boleh diabaikan karena apabila orang tua merasa stress, hal ini akan membuat ia tidak dapat merawat anaknya dengan baik dan akan menyebabkan anak menjadi semakin stress (Supartini, 2000).

v  Perasaan cemas dan takut
o   Rasa cemas paling tinggi dirasakan orang tua pada saat menunggu informasi tentang diagnosis penyakit anaknya (Supartini, 2000)
o   Rasa takut muncul pada orang tua terutama akibat takut kehilangan anak pada kondisi sakit yang terminal (Brewis, 1995).
o   Perilaku yang sering ditunjukan orang tua berkaitan dengan adanya perasaan cemas dan takut ini adalah : sering bertanya atau bertanya tentang hal sama berulang-ulang pada orang yang berbeda, gelisah, ekspresi wajah tegang dan bahkan marah (Supartini, 2000)          
v  Perasaan sedih
o   Perasaan ini muncul terutama pada saat anak dalam kondisi terminal dan orang tua mengetahui bahwa tidak ada lagi harapan anaknya untuk sembuh
o   Pada saat menghadapi anaknya yang menjelang ajal, rasa sedih dan berduka akan dialami orang tua   
o   Pada kondisi ini orang tua menunjukkan perilaku isolasi atau tidak mau didekati orang lain, bahkan bisa tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan (Supartini, 2000).
v  Perasaan frustrasi
Perasaan frustasi yang dirasakan menurut Supartini (2004) , adalah sebagai berikut :
o   Pada kondisi anak yang telah dirawat cukup lama dan dirasakan tidak mengalami perubahan serta tidak adekuatnya dukungan psikologis yang diterima orang tua, baik dari keluarga maupun kerabat lainnya maka orang tua akan merasa putus asa, bahkan frustrasi.
o   Sering kali orang tua menunjukkan perilaku tidak kooperatif, putus asa, menolak tindakan, bahkan menginginkan pulang paksa (Supartini, 2004).

Reaksi orang tua dipengaruhi oleh:
1.      Tingkat keseriusan penyakit anak
2.      Pengalaman sebelumnya terhadap sakit dan hospitalisasi
3.      Prosedur pengobatan
4.      Kekuatan ego individu
5.      Kemampuan koping
6.      Kebudayaan dan kepercayaan
7.      Komunikasi dalam keluarga


C.      Dampak Hospitalisasi

Dampak Hospitalisasi pada anak dapat menyebabkan kecemasan dan stres pada semua tingkat usia. Penyebab dari kecemasan dipengaruhi oleh banyaknya faktor,  baik faktor dari petugas (perawat, dokter, dan tenaga kesehatan lainnya), lingkungan baru, maupun lingkungan keluarga yang mendampingi selama perawatan. Keluarga sering merasa cemas dengan perkembangan keadaan anaknya, pengobatan, dan biaya perawatan. Meskipun dampak tersebut tidak bersifat langsung terhadap anak, secara fisiklogis anak akan merasakan perubahan perilaku dari orang tua yang mendampingi selama perawatan (Marks, 1998). Anak menjadi semakin stres dan hal ini berpengaruh pada proses penyembuhan, yaitu menurunnya respon imun. Hal ini telah dibuktikan oleh Robert Ader (1885) bahwa pasien yang mengalami kegoncangan jiwa akanmudah terserang penyakit, karena pada kondisi stress akan terjadi penekanan sistem imun (Subowo, 1992). Pasien anak akan merasa nyaman selama perawatan dengan adanya dukungan sosial keluarga, lingkungan perawatan yang terapeutik, dan sikap perawat yang penuh dengan perhatian akan mempercepat proses penyembuhan.
Dampak hospitalisasi yang dialami anak dan keluarga akan menimbulkan stress dan rasa tidak aman. Jumlah dan efek stress tergantung pada persepsi anak dan keluarga terhadap kerusakan penyakit dan pengobatan.

Menurut Asmadi (2008, hal : 36) secara umum hospitalisasi menimbulkan dampak pada lima aspek  yaitu privasi, gaya hidup, otonomi diri, peran, dan ekonomi.
a.       Privasi
Privasi dapat diartikan sebagai refleksi perasaan nyaman pada diri seseorang dan bersifat pribadi.Sewaktu dirawat di rumah sakit, pasien kehilangan sebagian privasinya.
b.      Gaya Hidup
Klien yang dirawat di rumah sakit seringkali mengalami perubahan pada gaya hidupnya. Hal ini disebabkan oleh perubahan situasi antara rumah sakit dan rumah tempat tinggal klien serta oleh perubahan kondisi kesehatan klien.Aktifitas hidup yang dijalani sewaktu sehat tentu berbeda dengan aktifitas yang dijalaninya di rumah sakit.
c.       Otonomi Diri
Individu yang sakit dan dirawat di rumah sakit berada dalam posisi ketergantungan. Artinya ia akan pasrah terhadap  tindakanapapun yang akan dilakukan oleh petugas kehatan demi mencapai keadaan sehat. Ini menunjukan, klien yang dirawat di rumah sakit mengalami perubahan otonomi.
d.      Peran
Peran dapat diartikan sebagai seperangkat perilaku yang diharapkan oleh individu sesuai dengan status sosialnya.Perubahan yang terjadi akibat hospitalisasi tidak hanya berpengaruh terhadap individu tetapi juga pada keluarga. Perubahan yang terjadi antara lain :
1.      Perubahan peran
Jika salah seorang anggota keluarga sakit, maka akan terjadi perubahan peran dalam keluarga
2.      Masalah keuangan
Keuangan keluarga akan terpengaruh oleh hospitalisasi .keuangan yang sedianya akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga akhirnya digunakan untuk kepentingan perawatan klien.
3.      Kesepian
Suasana di rumah akan berubah jika ada salah seorang anggota keluarga yang dirawat.
4.      Perubahan kebiasaan sosial
Sewaktu ada anggota keluarga yang dirawat, keterlibatan anggota keluarga dalam masyarakat menjadi berubah.
e.       Ekonomi


D.    Intervensi Perawat dalam Mengatasi Dampak Hospitalisasi

Untuk mencegah supaya masalah hospitalisasi teratasi maka peran perawat adalah tetap memberikan dukungan dan dorongan kepada klien secara efektif agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dan tetap menjaga kepercayaan klien agar klien tidak merasa takut terhadap tindakan yang akan dilakukan oleh perawat.

Fokus intervensi keperawatan adalah sebagai berikut :
1.      Meminimalkan stressor
2.      Memberikan dukungan psikologis pada anggota keluarga klien
3.      Mempersiapkan klien sebelum masuk rumah sakit

·         Upaya meminimalkan stresor atau penyebab stress dapat dilakukan dengan cara :
1.      Mencegah atau mengurangi dampak perpisahan
2.      Mencegah perasaan kehilangan kontrol
3.      Mengurangi / meminimalkan rasa takut terhadap perlukaan tubuh dan rasa nyeri

·         Upaya mencegah / meminimalkan dampak perpisahan
  1. Melibatkan orang tua berperan aktif dalam perawatan anak
  2. Modifikasi ruang perawatan
  3. Mempertahankan kontak dengan kegiatan sekolah
  4. Surat menyurat, bertemu teman sekolah

·         Mencegah perasaan kehilangan kontrol:
1.      Hindarkan pembatasan fisik jika anak dapat kooperatif.
2.      Bila anak diisolasi lakukan modifikasi lingkungan
3.      Buat jadwal untuk prosedur terapi,latihan,bermain
4.      Memberi kesempatan anak mengambil keputusan dan melibatkan orang tua dalam perencanaan kegiatan

·         Meminimalkan rasa takut terhadap cedera tubuh dan rasa nyeri
1.      Mempersiapkan psikologis anak dan orang tua untuk tindakan prosedur yang menimbulkan rasa nyeri
  1. Lakukan permainan sebelum melakukan persiapan fisik anak
  2. Menghadirkan orang tua bila memungkinkan
  3. Tunjukkan sikap empati
  4. Pada tindakan elektif bila memungkinkan menceritakan tindakan yang dilakukan melalui cerita, gambar. Perlu dilakukan pengkajian tentang kemampuan psikologis anak menerima informasi ini dengan terbuka

·         Memaksimalkan manfaat hospitalisasi anak
1.      Membantu perkembangan anak dengan memberi kesempatan orang tua untuk belajar.
2.      Memberi kesempatan pada orang tua untuk belajar tentang penyakit anak.
3.      Meningkatkan kemampuan kontrol diri.
4.      Memberi kesempatan untuk sosialisasi.
5.      Memberi support kepada anggota keluarga.

·           Mempersiapkan anak untuk mendapat perawatan di rumah sakit
1.      Siapkan ruang rawat sesuai dengan tahapan usia anak.
2.      Mengorientasikan situasi rumah sakit.
3.      Pada hari pertama lakukan tindakan :
o   Kenalkan perawat dan dokter yang merawatnya
o   Kenalkan pada pasien yang lain.
o   Berikan identitas pada anak.
o   Jelaskan aturan rumah sakit.
o   laksanakan pengkajian .
o   Lakukan pemeriksaan fisik.

Selain itu, perawat juga berperan sebagai promotif yang memberikan pandangan pada keluarga agar selalu setia mendampingi dan memberi perhatian lebih kepada klien yang sedang menjalani perawatan di rumah sakit.Hal ini menjadi salah satu pendukung karena kehadiran orang terdekat dapat mengurangi rasa cemas maupun jenuh selama klien menjalani perawatan.


E.     Manfaat Hospitalisasi

Menurut Supartini (2004, hal :189) manfaat hospitalisasi adalah sebagai berikut :
1.      Membantu perkembangan keluarga dan pasien dengan cara meberi kesempatan keluarga mempelajari reaksi pasien terhadap stressor  yang dihadapi selama perawatan di rumah sakit.
2.      Hospitalisasi dapat dijadikan media untuk belajar. Perawatan dapat memberikan kesempatan kepada keluarga untuk belajar tentang penyakit, prosedur, penyembuhan, terapi, dan perawatan pasien.
3.      Untuk meningkatkan kemampuan kontrol diri dapat dilakukan dengan memberi kesempatan kepada pasien untuk mengambil keputusan , sehingga tiidak terlalu bergantung pada orang lain dan menjadi percaya diri.
4.      Fasilitasi klien untuk tetap menjaga sosialisasinya dengan sesama klien yang ada, teman sebaya atau teman sekolah.  Berikan kesempatan padanya untuk saling kenal dan berbagi pengalaman.

F.     Trend dan Isu dalam Hospitalisasi

1.    Defenisi Trend
Trend adalah sesuatu yang sedang dibicarakan oleh banyak orang saat ini dan kejadiannya berdasarkan fakta.


2.      Defenisi Issue
Issue adalah sesuatu yang sedang dibicarakan oleh banyak orang namun belum jelas fakta atau buktinya. Beberapa issue hospitalisasi pada saat ini adalah :
a.          





























BAB III
PENUTUP

A.      KESIMPULAN

Hospitalisasi merupakan keadaan dimana orang sakit berada pada lingkungan rumah sakit untuk mendapatkan pertolongandalam perawatan atau pengobatan sehingga dapat mengatasi atau meringankan penyakitnya.Tetapi pada umumnya hospitalisasidapat menimbulkan ketegangan dan ketakutan serta dapat menimbulkan gangguan emosi atau tingkah laku yang mempengaruhikesembuhan dan perjalanan penyakit klien selama dirawat di rumah sakit.Reaksi hospitalisasi bersifat individual.
Perawat berperan penting dalam memberika respon yang positif untuk keluarga dan pasien dalam hospitalisasi agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.


B.       SARAN

Perawat sebaiknya sudah harus memahami dan mengerti tentang hospitalisasi agar dapat menerapkannya dan dapat memberikan pelayanan yang baik kepada pasien dan keluarga.
Bagi pihak rumah sakit hendaklah mendekorasi ruangannya agar pasien tidak merasa takut dan gelisah berada di rumah sakit.Ruangan hendaklah didesain untuk memberikan kenyamanan bagi pasien.




DAFTAR PUSTAKA

Anonim.(2012). E-Book Konsep Hospitalisasi. Diakses pada tanggal 27 September 2012 dari http://ebookbrowse.com/dia-122-slide-konsep-hospitalisasi-pdf-d337836072

Anonim.(2011). Hospitalisasi. Diakses pada tanggal 26 September 2012 dari http://www.scribd.com/doc/56601675/Hospitalisasi

  Dachi, J. (2007). Hospitalisasi. Diakses pada tanggal 26 September 2012 dari http://jovandc.multiply.com/reviews/item/3?&show_interstitial=1&u=%

Perry & Potter.(2009). Fundamental Keperawatan Ed 4.Jakarta : EGC

Stuart, Gail W. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta : EGC

Supartini, Yupi. (2004). Konsep Dasar Keperawatan Anak.Jakarta : EGC




/




Tidak ada komentar:

Posting Komentar